CERDASKAH ATAU BODOHKAH???

Hari Selasa, 10 November merupakan hari yang kocak buat gw. Nggak deng, bukan kocak, tapi bodoh. Apa kocak tapi bodoh atau bodoh tapi kocak. Yah whateverlah. Hari itu gw bener-bener ga punya pikiran aneh-aneh alias nge-blank, secara saraf-saraf otak gw agak acak-acakan gara-gara malem sebelumnya gw begadang. Jadi wajarlah klo pagi-pagi dateng kekampus dengan muka cantik bangett alias acak-acakan setengah mati, kayak orang abis buat film (film biru )hahha. Perjalanan gw dimulai dengan naik ojek dari pondok kopi menuju stasiun tebet, sperti biasa, gw musti melewati dataran gersang Raden Inten yang lagi dibangun proyek Banjir Kanal Timur. Gila brur, bak berada di wild wild west Amerika jaman jebot (hmm berasa gw pernah idup di era itu). Yang mendominasi Cuma 3 hal, tak lain dan tak bukan adalah debu, panas, dan truk. Setelah melewati itu semua, sampailah gw distasiun tebet, seperti biasa, ongkos ojek 17ribu ga kurang ga lebih. Dan seperti biasa pula, gw selalu siap sedia duit pecahan 10ribuan, 5ribuan dan 2 lembar pecahan seribuan di kantong celana gw (bukan celana dalem lho), tapi celana jeans.

Setelah membayar si abang ojek, trus perjalanan berganti dengan menggunakan kereta. Seperti biasa, kereta AC ekonomi dengan harga Rp5500 adalah sunnah muakkad. Menunggu sekitar 10menit, kemudian datanglah si ular besi. Perjalanan 25menit dari Tebet ke Stasiun UI dinikmati dengan membaca bahan-bahan buat UTS Bahasa Bali nanti. Walaupun gw sama sekali ga ngerti, tapi sok-sokan ajalah baca-baca di dalem kereta, biar keliatan kayak anak pinter dikit, heheh. Sesampainya di stasiun UI, seperti biasa pula, gw membeli teh kotak di warung depan tempat karcis. Abis itu gw musti jalan melewati Balhut (balik hutan). Ga berapa lama, eh ada yang panggil-panggil nama gw. “Dian Sastro, dian sastro, minta fotonya dong” ahhaha. Tapi boonggg. Nggak deng, yang panggil tuh ternyata si Lila, katanya, “geby, biby, biby”, dengan gelagat ala anak TK. Akhirnya gw “menjelajahi” Balhut bersama si anak TK. Hah, gw berasa bawa ponakan gw deh hhe. Piss lila sayang .

Tak berapa lama, maka sampailah kami di Kampus kesayangan kami (hueks) di FIB (Fakultas Ilmu Budaya). Berhubung kuliah Bahasa bali masih satu jam lagi (jam 12 siang), maka kami duduk dulu di PGS (Payung Gedung Satu) untuk belajar Bahasa Bali sekalian wifi-an (mana konsen coba!).


Sejam kemudian, waktu yang ditunggu2 tiba.jreng jrenggg. Gw dan lila jalan menuju kelas di 9205. Sial, kelas udah penuh, jadi kita berdua duduk di bagian depan. Tapi tak apalah yang penting duduknya di pojok. Istilah “posisi menentukan prestasi” udah kuno. Sama sekali ga berguna lagi buat kita hahhaa. Yaudah duduklah kita di bangku yang “oke” itu. Lalu, dibagikanlah satu rangkap kertas folio dan dua lembar soal oleh sang dosen yang notabene asli mBali lho!. Pertanyaannya cuma sedikit kok ga banyak. Eittt jangan salah, soal boleh sedikit, tapi jawabannya belom tentu sedikit (tapi emang sebetulnya jawabannya cuma sedikit juga sih hhehe).

Soalnya hanya terdiri atas dua nomor. Nomor pertama direksinya disuruh mendeskripsikam gambaran tentang diri Luh Mulan Jameela seperti yang terlihat dalam fotokopian artikel yang dibagikan (di ambil dari salah satu artikel di Kompas).
Soal nomor pertama minimal menceritakan kembali artikel tersebut dalam menggunakan Bahasa Bali minimal 10 kalimat. Nah lo, nyari 1 kalimat aja susahnya bukan main, rek!. Tapi yah lumayan lah, soal ini masih bisa dikerjain dikit-dikit walaupun gw menghabiskan waktu 1 ½ jam cuma buat nyari 10 kalimat. Ampun DJ!. Soal nomor 1 kelar, lanjut dong ke nomor dua. Begini soalnya:

Soal nomor 2: Putu Blekok mangkin dados mahasisya baru ring Fakultas Kedokteran UI. Ipun madunungan/ ngekost ring Bekasi, sakewanten ipun tan uning margine piteket mangda ipun prasida rawuh kuliah ka kampus Salemba. Mangda pamargin ipune nenten nyasar, tulungin ipun karyanang peta! (Sekarang Putu Blekok menjadi mahasiswa baru di FK UI. Ia numpang/kost di Bekasi. Akan tetapi ia tidak tahu jalan menuju ke kampus UI Salemba. Maksud pertanyaan di atas adalah kita harus memberikan instruksi agar Putu Blekok tidak tersesat dan gambarkan denahnya, diarahkan sesuai denah tersebut). Misalnya belok kanan, belok kiri dan lain sebagainya.

Dengan entengnya gw hanya menjawab [sesudah ditransliterasikan dalam Bahasa Indonesia]

“ Putu Blekok tinggal naik Patas 09A dari Bekasi terus turun deh di Salemba UI. Kalau Putu Blekok tidak mengerti, Putu Blekok tinggal naik taksi atau ojeg deh”

Dan gambar denah pun, dengan entengnya gw gambar demikian:









Gila yah, uts lho ini, ini uts. Jawabannya kok gini amat yaks. Kayak main-main. Jawaban ini sukses membuat si Aisyah Qurotta ‘Ain jadi ketawa ngakak. Pasalnya dia waktu itu mau nyontek sama gw, tapi ternyata jawaban gw kok “gitu”. Hahhahaha. Entah ini jawaban paling cerdas atau paling bodoh??.silahkan Anda menilai sendiri.

0 komentar:

Posting Komentar