SMALLthings VS BIGthings


Hahahaha.

Mereka lupa bahwa diri mereka angkuh

Mereka tak lain adalah bagian dari orang-orang itu

Yang mereka sebut angkuh



Saya angkuh

Kamu angkuh

Kita angkuh

Lalu siapa yang tidak angkuh?

Tuhankah??



“Pikiranku mulai perlahan berubah: menjadi orang besar bukan mesti menjadi orang strategis yang dicirikan dengan jabatan tertentu, atau mesti sukses dengan kekayaan berlimpah, atau menjadi selebritis televisi. Tujuan utama itu, dunia bahagia dan akhirat surga. Kebahagiaan dunia adalah hal relatif, dan banyak jalan menuju surga sekalipun nampak paling sederhana :) mari menempuh pilihan takdir kita dengan cerdas!”

Kutipan di atas adalah kalimat yang dilontarkan teman, sahabat, sekaligus kakak gua di sebuah situs jejaring sosial (maap yah kata2nya diambil).. Entah mengapa kalimat tersebut begitu mengingatkan gua pada kata-katanya ketika dia lulus kuliah S1 nya. Ketika itu dia pernah bilang bahwa menjadi orang besar itu dengan cara menjadi orang strategis yang mempunyai jabatan tertentu pada masyarakat. Hal yang gua tangkap ketika itu adalah bahwa menurutnya, dengan menjadi orang strategis dirinya dapat dapat berbuat lebih banyak dalam arti bahwa semakin strategis pasti mempunyai penghasilan lebih sehingga dapat menyumbang atau beramal untuk masyarakat. penghasilan lebih di sini bisa diartikan yang bersifat materi (uang dan harta) ataupun pemikiran yang pada akhirnya dapat disumbangkan dan bermanfaat bagi masyarakat. Dengan menjadi orang besar (posisi strategis) otomatis mempunyai pengaruh juga dalam masyarakat. okay, I’ll give u an example. Misalnya si A pingin dirinya menjadi orang besar dan berpengaruh. Si A berfikiran bahwa dirinya harus meningkatkan jenjang pendidikannya, okay taruhlah S3 di Belanda. Dia menganggap bahwa ketika dia menjadi seorang doktor dan menghasilkan suatu pemikiran tertentu, pemikiran tersebut akan lebih bermanfaat dan menghasilkan serapan yang lebih luas di masyarakat. dengan pengertian ini dirinya dapat beramal lebih banyak karena pemikirannya terpakai secara luas di masyarakat. well, pemikiran si A ini tidak dapat disalahkan juga. sebab memang ada benarnya juga.

Seorang novelis India bernama Arundhati Roy pernah menulis novel yang berjudul the god of the small things (memenangkan Booker Prize tahun 97). Buku ini menceritakan anak kembar yang harus menjadi korban suatu keadaan. Namun, hal-hal kecil dapat dijadikan pembangun hidup. gua pikir the god of small things memberi tamparan yang telak bagi kita bahwa kita terlalu rumit dalam memikirkan hal yang terlampau besar-besar. Kita lupa pada hal yang kecil. Otak kita terlalu sering dipenuhi oleh hal-hal besar,sehingga kita luput dan sering menganggap remeh hal yang kecil. Hal yang kecil (termasuk wacana2 atau hal2 yang dianggap sepele) kita anggap sebagai sesuatu yang tidak elit. Namun, justru hal besar itulah ada karena hal kecil. Dengan hal kecil pun kita dapat melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi diri kita sendiri dan sekitar. Kita sering luput bahwa dengan hal yang kecil pun, kita dapat menjadi “orang besar” setidaknya bagi diri kita sendiri ataupun keluarga kita. Marilah jangan kita terlalu menyibukkan diri kita dengan hal yang besar lalu kita lupa dengan hal yang kecil. Hal kecil apapun yang bisa anda lakukan sekarang, maka lakukanlah. Jangan menunggu hingga anda lulus S3 dan mendapat gelar doktor (mending kalo masih ada umur, kalo udah ga ada umur, maka blm sempat berbuat apa2 kan??) :p

Sama juga ketika kita berada di jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Ketika kita sudah melewati SD, SMP, SMA, bahkan d3 atau S1..bisa saja anda adalah ahli matematika yang biasa berkutat dengan angka2 rumit dan memusingkan, sehingga kadang anda lupa (ato lupa2 ingat) tentang rumus lingkaran atau rumus segitiga (hal yang kecil dan dasar+plajaran SD pulak), sehingga anda perlu untuk melihat catatan lagi.

Seperti halnya gua kuliah sastra, gua sudah banyak belajar tentang sastra, cerita anak, rekaan, sejarah sastra, kritik sastra, stukturalisme, dan lain sebagainya. Namun, ketika itu pernah saya ditanya HAL DASAR ketika saya semester7, yaitu apa hakikat sasta??. Namun, saya jadi lupa dan malu pada diri sendiri, padahal itu kan pelajaran semester 1..hahhahahh. nah, ini membuktikan bahwa semakin kita mengetahui hal-hal besar, kita semakin luput pada hal2 yang kecil…(ato hanya gw doang yang mengalami ini???/)

Aa gym juga sering berceramah dengan 3M nya itu yang sangat terkenal. 1. Mulai dari diri sendiri. 2. Mulai dari hal yang kecil. 3. Mulailah sekarang.


I am who I am

I’m indah anggita, sign out now, cya..

0 komentar:

Posting Komentar