TIDUR DI SELA-SELA REALITA

Ah, rasanya malas untuk beranjak dari mimpi-mimpi maya ini. Saya sudah terlena di dalamnya. Saya terjerat. Saya berserah dan menikmati kesenangan tiada tara ini. Beberapa orang sudah pernah datang berusaha menepuk pudak bahkan menempeleng wajah saya. Namun, si mimpi ini begitu kuasanya dia berada ditubuh hingga saya tak jua sadar. Saya masih saja berkutatkutet dengan gembira ria mimpi-mimpi yang entah kapan itu semua akan menjadi asli.

Kerapa kali dunia nyata membuat saya jengah dan lengah. Keberadaan saya di dunia nyatapun tak pelaknya sebuah titik yang hanya mengisi serangkaian kotak mahabesar, dengan kata lain tak ada saya pun, dunia toh masih bisa berkolusi dengan segala antek-anteknya. Kehidupan nyata membuat saya menjadi seorang pecundang, seorang yang selalu kalah dalam pertarungan. Tak sangsi lagi, segala pertarungan tak dapat saya menangkan. Lagipula mana ada dunia yang berbaik hati melihat ember-ember keringat yang saya keluarkan?. Palingan dunia hanya melengos dan kemudian jalan kembali melenggang seolah tak ada apa-apa. Maka, biarkan saya menikmati dunia mimpi ini hingga waktu yang tak terbatas.

Dunia mimpi ini begitu berwarna warni, terang, indah, tak ada satu orangpun yang menjadi pecundang. Waktu pun bisa saya desain sedemikian rupa sesuka saya. Di sini, saya bebas menentukan apa-apa saja yang saya suka, mau jadi siapa dan bagaimana saya, kesemuanya itu saya yang menentukan. Saya menajdi penguasa, saya menjadi sang sutradara. Entah berapa banyak orang-orang diluar sana merasakan hal yang sama dengan saya. Banyak orang berkata pada saya, bahwa terlalu lama berada di dunia mimpi hanya membuat saya menjadi seorang pecundang, tak mampu menghadapi dunia yang dinamis, yang takut akan ini itu. Namun, setelah dipikr-pikir lagi, toh, ketika saya berani masuk ke dunia nyata pun, saya hanya hanya mendapatkan kenyataan bahwa diri saya adalah seorang pecundang yang selalu kalah dalam pertarungan. Lalu, apa bedanya? Sama saja bukan?. Jadi, biarlah saya tetap tidur di sini menikmati mimipi-mimpi indah meskipun mimpi-mimpi itu sering membohongi saya. biarlah, biarlah dan biarlah.

Selagi saya masih bisa menikmati ini, maka biarlah..jangan ada yang mencegah, jangan ada yang menupuk pundak saya lagi. Biarlah saya tertidur di sela-sela realita. Nanti-nanti saja saya tengok realita ketika saya merasa sudah kembung. Saya akan tertidur lagi. Selamat pagi, petang, dan malam.

1 komentar:

indahanggita mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

Posting Komentar