Pagi pendar muram disapa kekalutan
Bias mengambang di permukaan
Menyapa timpang kedukaan
Ya, hariku terampas siang
O, pagi rupamu kini palsu
Tak lagi lembut dengan udara mendayu
Masih berselimut darah, kau ucap pagi
Makna-makna itu telah jauh pergi
Berlarian di kedalaman bola mata
Tersesat dalam labirin kematian
Pusara benci masih memegang tampuk
Tatkala ku duduk dengan sejuta wacana tanda tanya
"BAGAIMANA??"
Pondok Kopi, 22 Desember 2009
0 komentar:
Posting Komentar